KATEGORI
  • Adat & Budaya
  • Agrikultur
  • Aksi
  • Arsitektur
  • Artikel
  • Asmara
  • Autobiografi
  • autobiography
  • Bahasa & Sastra
  • basedonmyrealitylife
  • Berita Alineaku
  • Bisnis
  • Branding
  • Catatan Harian
  • Cerita Anak
  • Cerita Bersambung
  • Cerita Pendek
  • Cerita Rakyat
  • Cerpen
  • Cinta
  • Cita – Cita dan Harapan
  • Dongeng
  • Drama
  • Ekonomi
  • Epos
  • Event
  • Fabel
  • Fantasi
  • Fiksi
  • Gaya Hidup
  • Hiburan
  • Hobi
  • Hubungan Antarpribadi
  • Hukum
  • Humanis
  • Humor
  • Ilmu Manajemen
  • Inspirasi
  • Istri
  • Kampus
  • Karir dan Kewirausahaan
  • Keagamaan
  • Keluarga
  • Kesehatan & Kecantikan
  • Kesehatan Mental
  • Ketenagakerjaan
  • Kisa Masa Kecil
  • Kisah Inspiratif
  • Kritik Media
  • Kuliner
  • Legenda
  • Lifestyle
  • Lingkungan Hidup
  • Madhoe Retna
  • Manajemen
  • mengelola toko
  • Mental Health
  • Moralitas
  • Motivasi
  • Novel
  • Nutrisi
  • Nutrition
  • Opini
  • Organisasi
  • Otomotif
  • Parenting
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pendidikan Karir
  • Pendidikan Keuangan
  • pengalaman hidup
  • Pengembangan Diri
  • Perjalanan Hidup
  • Pernikahan
  • Persahabatan
  • Pertemanan
  • Petualangan
  • Petualangan Alam
  • Pilih Kategori
  • Pilih Menu
  • Politik
  • Psikologi
  • Psikologi Sosial
  • Puisi
  • Romansa
  • Romantisme kehidupan
  • Rumah Tangga
  • Satir
  • SDM
  • Sejarah
  • Self-Acceptance
  • Self-Awareness
  • Seni & Budaya
  • Sosial
  • spiritual journey
  • Strategi
  • Teknologi
  • Tempat Wisata
  • Traveling
  • Uncategorized
  • Wanita
  • Beranda » Artikel » Kesabaran dalam Penantian

    Kesabaran dalam Penantian

    BY 05 Feb 2025 Dilihat: 294 kali
    Kesabaran dalam Penantian_alineaku

    Kuterima suratmu telah kubaca dan aku mengerti

    Betapa merindunya dirimu akan hadirnya diriku

    Di dalam hari-harimu, bersama lagi

    Kau tanyakan padaku “Kapan aku akan kembali lagi”

    Katamu kau tak kuasa melawan gejolak di dalam dada

    Yang membara menahan rasa pertemuan kita nanti

    ….

    Lantunan lagu itu yang selalu terngiang di  telingaku bahkan dalam pikiran dan perasaanku. Bagaimana tidak, ketika baru saja menikah telah ditinggal pergi untuk tugas belajar selama dua tahun. Ya, jarak memisahkan dua insan yang baru aja bersatu-padu. Bahkan menyatunya dua insan ini tanpa proses berpacaran. 

    Aku mengenalnya sudah lama ketika sama-sama menjadi aktivis Unit Kegiatan Mahasiswa. Kegiatan kemahasiswaan yang mensyiarkan kebajikan atau lebih tepatnya Lembaga Dakwah Islam di Perguruan Tinggi. Segala aktivitas dipagari oleh kelompok ikhwan atau laki-laki dan kelompok akhwat atau perempuan. Tidak ada bunga-bunga cinta kecuali kecintaan kepada Sang Khalik, sesama insan, sesama makhluk hidup maupun tak hidup sebagai upaya mahabbah Lillahi Ta’ala. Semua penanaman nilai-nilai kehidupan yang baik dan benar terpatri dalam sanubari dan segala gerak langkah kami.

    Hingga suatu masa kami tercerai berai karena telah lulus kuliah dan menempuh jalan hidup masing-masing dalam masyarakat. Ibarat kata, kembali ke kampung halaman atau kota kelahiran untuk menjalani tugas berikutnya. Ada yang akhirnya dipersatukan menjadi pasangan suami istri pasca kuliah. Mungkin demikian titah Tuhan untuk hamba-Nya. Yang pasti, insya Allah kesucian lahir batin selama berkiprah tetap terjaga sampai akhirnya dihalalkan dalam akad nikah.

    Walaupun aku menjalani titah tak semulus teman-teman aktivis lainnya. Aku terjeda agak lama untuk menuntaskan kuliah. Namun, akhirnya aku dipertemukan kembali dengan teman seperjuangan semasa kuliah. Itu pun aku “dijodohkan” oleh teman sepasang suami istri yang lebih dulu menikah. Dia adalah Mas Iqro’ Ketua Unit Kegiatan Kerohanian Islam (UKKI) dan Mbak Jeki Ketua An Nisa UKKI angkatan tahun 1992-1993.

    “Wik, Kamu kok belum menikah juga?” tanya mbak Jeki waktu itu.

    “Ya, begitulah, Mbak. Aku baru akan wisuda bulan depan.” jawabku waktu itu.

    “Gimana kalau kamu menikah sama Mas Joesti saja. Itu lho, sekretaris UKKI semasa Mas Iqro’ jadi ketuanya?” lanjut Mbak Jeki.

    Jawabku singkat, “Apa Dia mau sama Aku?”

    “Besok biar disampaikan, Mas Iqro’ ya?” komentar Mbak Jeki berikutnya.

    Itulah awal percakapan perjodohanku dengan Mas Joesti. Singkat cerita Mas Joesti menemuiku di rumah kontrakan Stonen 32. Pertemuan sebentar tanpa banyak kata. Pembiasaan kami kalau ada tamu lawan jenis pun harus ada temannya bahkan kadang juga dibalik tabir.

    Tanpa waktu lama, kedua orang tua kami bertemu pula dan saling menentukan rencana pernikahan. Dan tepat seminggu sebelum hari pernikahan Mas Joesti dapat panggilan untuk tugas belajar Diploma IV Teknik Elektronika di Institut Teknologi Surabaya.

    Begitulah perputaran roda kehidupan, aku pun tetap dengan suka cita mendengar kabar itu. Aku tidak pernah membayangkan bahwa setelah akad nikah aku ditinggal pergi. Sendiri lagi meskipun sudah bersuami. Tapi semua itu aku jalani dengan masih tinggal di rumah kontrakan bersama teman-teman akhwat lainnya.

    Pada awalnya seminggu sekali Mas Joesti pulang. Kami bertemu di rumah mertuaku atau rumah ayah ibu suamiku. Ya, weekend bersama suami tiap minggu. Mungkin hanya berlangsung tiga bulan pertama pernikahan kami.

    “Dik, tugas kuliah dan kuliah sepertinya makin padat, aku akan pulang dua minggu sekali kayaknya?” begitu ucap Mas Joesti suatu hari.

    “Ya, ga apa-apa, Mas. Aku juga banyak tugas dan pekerjaan tambahan dari sekolah apalagi menjelang tahun ajaran baru,” timpalku saat itu.

    Bahkan waktu berikutnya bertambah panjang, pulang sebulan sekali atau dua bulan sekali.

    Begitulah awal perjuangan keluarga muda yang masih seumur jagung ini. Semua kami jalani, kami nikmati, dan kami syukuri. Kami selalu berprasangka baik atas takdir Illahi. Kami saling memberi kepercayaan atas segala aktivitas kami. Kami belum memiliki gawai, hanya ada telepon di rumah kontrakan. Kalaupun ada kesempatan, bertelepon via warung telekomunikasi. Dan alat komunikasi yang paling murah meriah tetapi bisa bercerita panjang adalah melalui surat.

    Dan di tiap akhir suratku selalu kulayangkan kata-kata lirik lagu “Kangen” Dewa 19. Coretan pena tempat menuangkan segala rasa dan asa turut mewarnai perjalanan cinta kami. Sampai akhirnya dua tahun meraih gelar Sarjana Teknik dan aku menemani prosesi wisuda.

     

     

    Kreator : Dwi Astuti

    Bagikan ke

    Comment Closed: Kesabaran dalam Penantian

    Sorry, comment are closed for this post.

    Popular News

    • Part 15: Warung Kopi Klotok  Sesampainya di tempat tujuan, Rama mencari tempat ternyaman untuk parkir. Bude langsung mengajak Rani dan Rama segera masuk ke warung Kopi Klotok. Rama sudah reservasi tempat terlebih dahulu karena tempat ini selalu banyak pengunjung dan saling berebut tempat yang ternyaman dan posisi view yang pas bagi pengunjung. Bude langsung memesan […]

      Okt 01, 2024
    • Part 16 : Alun – Alun  Kidul Keesokan paginya seperti biasa Bude sudah bangun dan melaksanakan ibadah sholat subuh. Begitupun dengan Rani yang juga melaksanakan sholat subuh. Rani langsung ke dapur setelah menunaikan ibadah sholat subuh. Tidak lama disusul oleh Bude dan langsung mengambil bahan masakan serta mengiris bahan untuk memasak. Rani dan Bude sangat […]

      Okt 16, 2024
    • Dalam dunia pendidikan modern, pendekatan sosial emosional semakin banyak dibahas. Salah satu model yang mendapatkan perhatian khusus adalah **EMC2 sosial emosional**. Namun, apa sebenarnya yang dimaksud dengan Definisi EMC2 sosial emosional? Mengapa pendekatan ini penting dalam pembelajaran? Mari kita bahas lebih lanjut untuk memahami bagaimana EMC2 berperan dalam perkembangan siswa secara keseluruhan. Definisi EMC2 Sosial […]

      Okt 02, 2024
    • Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tidak lahir begitu saja. Di balik perumusan lima sila yang menjadi pondasi bangsa ini, ada pemikiran mendalam dari para tokoh pendiri bangsa, salah satunya adalah Soekarno. Pemikiran Soekarno dalam merumuskan Pancasila sebagai dasar negara menjadi salah satu tonggak penting dalam sejarah Indonesia. Lalu, apa saja pemikiran Soekarno tentang dasar negara […]

      Des 02, 2024
    • Rumusan dasar negara yang dikemukakan oleh Mr. Soepomo memiliki peran sangat penting dalam pembentukan dasar negara Indonesia. Dalam sidang BPUPKI, Mr. Soepomo menjelaskan gagasan ini dengan jelas, menekankan pentingnya persatuan dan keadilan sosial. Dengan demikian, fokusnya pada teori negara integralistik membantu menyatukan pemerintah dan rakyat dalam satu kesatuan. Lebih lanjut, gagasan ini tidak hanya membentuk […]

      Okt 21, 2024

    Latest News

    Buy Pin Up Calendar E-book On-line At Low Prices In India After the installation is complete, you’ll have the flexibility […]

    Jun 21, 2021

    Karya Nurlaili Alumni KMO Alineaku Hampir 10 bulan, Pandemi Covid -19 telah melanda dunia dengan cepat dan secara tiba-tiba. Hal […]

    Des 07, 2021

    Karya Lailatul Muniroh, S.Pd Alumni KMO Alineaku Rania akhirnya menikah juga kamu,,,  begitu kata teman2nya menggoda, Yaa,,,Rania bukan anak.yang cantik […]

    Des 07, 2021

    Karya Marsella. Mangangantung Alumni KMO Alineaku Banyak anak perempuan mengatakan bahwa sosok pria yang menjadi cinta pertama mereka adalah Ayah. […]

    Des 07, 2021

    Karya Any Mewa Alumni KMO Alineaku Bukankah sepasang sejoli memutuskan bersatu dalam ikatan pernikahan demi menciptakan damai bersama? Tetapi bagaimana […]

    Des 07, 2021